Oleh:
1. Rosyidah Nur Arifah
2. Aufa Nida’ul Husna
3. Uswatun Hasanah
4. Jihan Kholilah
AL-MA'HAD AL-'ALY LID-DIRASAH AL-ISLAMIYYAH HIDAYATURROHMAN
PENDAHULUAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kita
memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, serta meminta perlindungan
kepada-Nya dari kejahatan jiwa kita dan keburukan amal perbuatan kita.
Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, tak seorang pun yang dapat menyesatkannya
. dan barangsiapa yang Allah sesatkan, tiada seorangpun yang dapat memberinya
petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah, yang berhak untuk disembah dengan
benar selain Allah, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad SAW adalah hamba dan Rosul-Nya. Sholawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, penghulu para Nabi dan Rosul. Wa ba’du.
Dengan memanjatkan syukur kehadirat
Allah SWT, Alhamdulillah kami telah menyelesaikan karya ilmiyah yang kami beri
judul “ SEJARAH MADZAHIB”. Karya ini
adalah hasil kajian ilmiyah tentang beberapa sejarah madzhab yang kami susun
untuk memberi pengetahuan kepada para pembaca agar tidak buta akan sejarah-sejarah
madzhab yang mungkin masih asing
ditelinga kita.
Akhirnya, besar harapan kami agar
karya ilmiyah ini bisa memberikan wawasan baru bagi kami dan bagi pembaca
sekalian, semoga Allah meridhoi upaya secara jama’I ini, dan semoga bermanfaat
bagi umat islam pada umumnya, di dunia dan akhirat. Aamin yaa Rabbal ‘Alamiin.
Sragen,Selasa
15 September 2015
Madzhab Hanafi
I.
SEJARAH MADZHAB HANAFI
Sebelum
berbicara jauh tentang sejarah madzhab hanafi, ada baiknya mengetahui terlebih
dahulu apa itu madzhab fikih. Secara bahasa madzhab ialah tempat untuk pergi
atau jalan. Akan tetapi istilah madzhab fikih pada umumnya adalah cara berfikir
atau metode ijtihad untuk menetukan sebuah hukum dari permasalahan fikih.
Madzhab bisa juga bermakna kumpulan hukum atau pendapat seorang mujtahid
tentang suatu peristiwa yang diambil dari sumbernya.
Madzhab hanafi adalah
salah satu madzhab fikih ahli sunnah yang tersebar di dunia islam. Dinamakan
dengan madzhab hanafi karena dinisbatkan kepada tokoh sentral yang terkenal,
yaitu Imam Abu Hanifah. Madzhabnya dikenal dengan madzhab hanafi. Adapun para
ulama’ yang berfaliasi kepada madzhab ini kadangkala disebut dengan hanafiyah,
dan kadangkala disebut dengan ahnaf.
Nama lengkap Imam Abu Hanifah adalah Nu’man bin Tsabit bin
Zutha, lahir pada tahun 80 H di kota Kuffah dan meninggal tahun 150 H (tahun
lahirnya Imam Syafi’i). Ketika beliau lahir umat Islam berada dibawah
kekhalifahan Bani Umayyah, tepatnya khalifah Malik bin Marwan, sedang di Irak
sendiri yang menjadi walinya adalah al-Hajjaj ats-Tsaqafi.
Di waktu muda beliau juga merasakan keadilan khalifah Umar
bin Abdul Aziz, dan hidup beliau terus berlanjut ketika Bani Umayyah jatuh dan
digantikan oleh Bani Abbasiyah. Jadi bisa dikatakan bahwa beliau sangat
mengetahui tentang polemik, kemajuan dan kemunduran kekhalifahan Bani Umayyah.
Sedangkan ketika beliau wafat umat Islam berada dibawah kekhalifahan al-Manshur
dari Bani Abbasiyah.
Beliau termasuk kalangan Tabi’in, sebab waktu itu beberapa Sahabat
masih hidup, seperti Anas bin Malik r.a di Basrah, Abdullah bin Abi Aufa di
Kufah, Abu Thufail Amir bin Wailah di Makkah dan Sahal bin Sa’ad bin Sa’idi di
Madinah, namun beliau tidak pernah bertemu dengan seorangpun diantara mereka.
Dengan demikian mazhab ini adalah mazhab yang tertua diantara mazhab-mazhab
Ahlu Sunnah.
II.
METODE FIKIH ABU HANIFAH
Adapun metodenya dalam Fiqh sebagaimana perkataan beliau
sendiri: “Saya mengambil dari Kitabullah jika ada, jika tidak saya temukan saya
mengambil dari Sunnah dan Atsar dari Rasulullah SAW yang shahih dan saya yakini
kebenarannya, jika tidak saya temukan di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
SAW, saya cari perkataan sahabat, saya ambil yang saya butuhkan dan saya
tinggalkan yang tidak saya butuhkan, kemudaian saya tidak akan mencari yang di
luar perkataan mereka, jika permasalahan berujung pada Ibrahim, Sya’bi,
al-Hasan, Ibnu Sirin dan Sa’id bin Musayyib (karena beliau menganggap mereka
adalah mujtahid) maka saya akan berijtihad sebagaimana mereka berijtihad”.
Metode yang dipakainya itu jika kita rincikan maka ada sekitar 7 Ushul Istinbath yang digunakan oleh Imam Abu Hanifah: al-Qur’an; Sunnah, Ijma’, Perkataan Shahabat, Qiyas, Istihsan dan ‘Urf (Adat).
Metode yang dipakainya itu jika kita rincikan maka ada sekitar 7 Ushul Istinbath yang digunakan oleh Imam Abu Hanifah: al-Qur’an; Sunnah, Ijma’, Perkataan Shahabat, Qiyas, Istihsan dan ‘Urf (Adat).
Madzhab Hanafi
merupakan yang sangat unggul dalam penggunaan qiyas dan istihsan. Sehingga
banyak pendapat tentang permasalahan fikih yang keluar darinya.
III.
KARYA-KARYA IMAM ABU HANIFAH
Secara umum kitab-kitab fikih yang ditulis ulama’-ulama’ hanafi merupakan
sumber utama fikih Madzhab Hanafi. Diantaranya ialah;
1. Al-jami’ Al- Kabir
2. Al-jami’ Ash-Shoghir
3. An-Nawazil
4. Majmu’ an-Nawazil wal Hawadits wal Waqi’at
5. As-siyar al-kabir.
IV.
WILAYAH-WILAYAH PERKEMBANGAN MADZHAB
Perkembangan berbagai mazhab, selain didukung
oleh fuqaha serta para pengikut mereka, juga mendapat pengaruh dan dukungan
dari kekuasaan politik. Ada yang masih berkembang dan ada pula yang punah.
Sebaran mazhab yang masih berkembang dapat dilihat dari beberapa Negara, berikut
Mazhab Hanafi berkembang di Kufah, Irak, Khurasan, Turki, Afganistan, Asia
Tengah, Pakistan, India, Irak, Brazil, Amerika Latin, dan Mesir.
Madzhab Maliki
I.
SEJARAH MADZHAB MALIKI
Madzhab ini dinisbahkan kepada Malik bin Anas bin
Malik bin abi Amir bin Amr bin Al-Harits bin Ghaiman bin Kutsail bin Amr bin
Al-Harits Al-Ashbahi Al-Humairi.Malik adalah sahabat Utsman bin Ubaidillah
At-Taimi,saudara dari Tolhah bin Ubaidillah. , lahir di
Madinah th. 713 M. dan wafat th. 795 M. bergelar imamu ahli hadist, atau imamu
daril hijrah. Beliau selama hidupnya tidak pernah meninggalkan kota Madinah
kecuali untuk menunaikan ibadah hajji, karena kecintaan beliau kepada
madinaturrasul tersebut.
Imam Malik bin Anas kemudiannya
mengambil alih peranan sebagai tokoh agama di Masjid Nabawi, Madinah. Ajarannya
menarik sejumlah orang ramai daripada pelbagai daerah dunia Islam. Beliau juga
bertindak sebagai Mufti Kota Madinah pada ketika itu. Imam Malik juga ialah
antara tokoh yang terawal dalam mengumpul dan membukukan hadith-hadith
Rasulullah s.a.w di dalam kitabnya al-Muwattha’.
II.
METODE FIKIH IMAM MALIKI
Dalam
menetapkan hukum Islam Madzhab Maliki berpegang kepada:
1. Al-Quran.
2. Sunnah.
3. Amal Ahl Madinah.
4. Fatwa Sahabat.
5. Khobar Ahad dan Qiyas.
6. Al-Istihsan.
7. Al-Mashlahah al-Mursalah. diturunkan.
8. Sad uz Zari’ah.
9. Istishhab.
1. Al-Quran.
2. Sunnah.
3. Amal Ahl Madinah.
4. Fatwa Sahabat.
5. Khobar Ahad dan Qiyas.
6. Al-Istihsan.
7. Al-Mashlahah al-Mursalah. diturunkan.
8. Sad uz Zari’ah.
9. Istishhab.
III.
KARYA-KARYA IMAM MALIKI
Beberapa karya-karya Imam Malik adalah kitab al-Muwatha’ (144 H)
atas anjuran khalifah Ja’far al-Manshur. Kitab al-Muwatha’ mengandung dua aspek
yaitu aspek hadits dan aspek fiqh.
Dan kitab lainnya adalah al-Mudawamah al-Kubra yang merupakan kumpulan risalah yang memuat tidak kurang dari 1.036 masalah dari fatwa Imam Malik. Kitab ini disusun oleh Asad ibn al-Furat al-Naisabury. Beliau adalah salah satu murid dari Imam Malik.
Dan kitab lainnya adalah al-Mudawamah al-Kubra yang merupakan kumpulan risalah yang memuat tidak kurang dari 1.036 masalah dari fatwa Imam Malik. Kitab ini disusun oleh Asad ibn al-Furat al-Naisabury. Beliau adalah salah satu murid dari Imam Malik.
IV.
WILAYAH-WILAYAH PERKEMBANGAN MADZHAB
Awal mulanya tersebar di daerah Medinah, kemudian tersebar sampai
saat ini di Marokko, Aljazair, Tunisi, Libia, Bahrain, dan Kuwait. Mazhab
Maliki pernah menjadi mazhab resmi di Mekah, Madinah, Irak, Mesir, Aljazair,
Tunisia, Andalusia (kini Spanyol), dan Sudan. Kecuali di tiga negara yang
disebut terakhir, jumlah pengikut mazhab Maliki kini menyusut. . Hanya Marokko
saat ini satu-satunya negara yang secara resmi menganut Mazhab Maliki.
Madzhab
Asy-Syafi’I
I.
SEJARAH MADZHAB ASY-SYAFI’I
Madzhab Asy-Syafi’i merupakan salah
satu dari 4 (empat) Madzhab fiqih di golongan Ahlussunnah wal Jama’ah; yaitu
Madzhab Al-Maliki, Mazhab Al-Hanafi Madzhab Asy-Syafi’i dan Madzhab Al-Hanbali.
Sedangkan yang dimaksud dengan madzhab adalah: kumpulan pendapat, pandangan
ilmiah dan pandangan filsafat yang saling berkaitan antara satu dan yang
lainnya, yang menjadi satu kesatuan yang terorganisir.
Pemikiran fiqh mazhab ini diawali
oleh Imam Syafi'i, yang hidup pada zaman pertentangan antara aliran Ahlul
Hadits (cenderung berpegang pada teks hadist) dan Ahlur Ra'yi
(cenderung berpegang pada akal pikiran atau ijtihad). Imam Syafi'i
belajar kepada Imam Malik sebagai tokoh Ahlul Hadits, dan Imam Muhammad bin
Hasan asy-Syaibani sebagai tokoh Ahlur Ra'yi yang juga murid Imam Abu Hanifah.
Imam Syafi'i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat
dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi'i menolak Istihsan
dari Imam Abu Hanifah maupun Mashalih Mursalah dari Imam Malik. Namun
Mazhab Syafi'i menerima penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam
Malik. Meskipun berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam
Syafi'i sebagai ulama fiqh, ushul fiqh, dan hadits pada zamannya membuat
mazhabnya memperoleh banyak pengikut; dan kealimannya diakui oleh berbagai
ulama yang hidup sezaman dengannya.
II.
METODE FIKIH IMAM ASY-SYAFI’I
Imam Asy-Syafi’i mengurutkan sumber
ijtihad atau dalil-dalil hukum ke dalam lima peringkat:
- Al-Quran
dan As-Sunnah. Keduanya menempati peringkat yang sama, karena As-Sunnah
adalah penjelasan bagi Al-Quran dan sekaligus menjadi perinci (mufashshil)
bagi ayat-ayat Al_Quran yang lebih bersifat umum (mujmal). Hadits
yang sejajar dengan Al-Quran adalah hadits yang shahih. Adapun sunnah yang
memiliki derajat ahad, tidak dapat menyamai kekuatan Al-Quran dari
kualitasnya sebagai nash yang mutawatir, karena hadits ahad memang tidak
mutawatir. Sebuah hadits juga tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran;
- Ijma’ Ulama terhadap hukum-hukum yang tidak terdapat
penjelasannya di dalam Al-Quran atau hadits. Yang dimaksud dengan ijma’
disini adalah ijma’ para ahli fiqih yang menguasai ilmu khusus (fiqih) dan
sekaligus menguasai beberapa ilmu umum. Jumhur ulama memberikan pengertian
bahwa ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid dari kalangan umat Muhammad
setelah wafatnya sang nabi pada masa tertentu terhadap sebuah hukum
syariat;
- Pendapat para Shahabat Nabi dengan syarat tidak ada
yang menentang pendapat tersebut, dan juga tidak melanggar ucapan Shahabat
lain;
- Pendapat para Shahabat yang paling mendekati ketetapan
Al-Quran, Hadits atau qiyas (analogi) ketika terjadi perbedaan pendapat di
antara mereka;
- Qiyas terhadap sebuah perkara yang berketatapan hukum
dalam Al-Quran, Hadits atau Ijma’ (konsensus). Qiyas adalah menganalogikan
sesuatu yang tidak terdapat dalam nash untuk menghasilkan hukum syariat
dengan sesuatu yang hukumnya sudah terdapat dalam nash disebabkan adanya
persamaan antara kedua hal tersebut dari segi ilat (sebab) hukum.
Imam Asy-Syafi’i menolak penggunaan istihsan,
maslahah mursalah, sad adz-dzara’idan syariat kaum-kaum terdahulu
untuk dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan hukum syariat Islam.
III.
KARYA-KARYA IMAM ASY-SYAFI’I
Karya Imam Asy-Syafi’i terbagi
menjadi dua yaitu;
a.
Karya
yang hilang ditelan zaman
·
Al-Hujjah
tentang Fiqih
·
Ar-Risalah
(edisi Iraq/edisi lama) tentang ushul Fiqih
·
Al-Mabsuth tentang Fiqih
·
As-Sunan
dengan riwayat Harmalah At-Tujibi tentang hadits.
b.
Karya
yang masih bisa dibaca sampai sekarang.
·
Al-Um
tentang Fiqih
·
Ikhtilaf
Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila tentang Fiqih
·
Ikhtilaf
Ali wa Abdillah Ibn Mas’ud tentang Fiqih
·
Ikhtilaf
Malik wa Asy-Syafi’i tentang Fiqih
·
Ar-Risalah
(edisi Mesir/edisi baru) tentang Ushul Fiqih
Sebagai
penganut madzhab Syafi’i di Indonesia, sudah sepantasnya kita mengetahui apa
saja kitab-kitab penting karya Imam Syafi’i dan kitab-kitab buah karya ulama
Syafi’iyah. Karena dalam mempelajari fikih, cara terbaik adalah dengan
menguasai fikih madzhab di negeri masing-masing.
IV. WILAYAH-WILAYAH PERKEMBANGAN MADZHAB
Mazhab ini kebanyakan dianut para
penduduk Mesir bawah, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Indonesia, Malaysia,
Brunei, pantai Koromandel, Malabar, Hadramaut, dan Bahrain.
Madzhab
Hanbali
I.
SEJARAH MADZHAB HANBALI
Beliau, sebagaimana yang dikatakan
oleh Adz-Dzahabi, adalah pemimpin umat islam pada masanya,al-hafidz, al-hujjah
Abu Abdulloh Ahmad bin Hilal bin Hanbal bin Asad Adz-Dzuhli Asy-Syaibani.
Beliau lahir di Baghdad pada tahun 164 H. Disitulah beliau tumbuh, meski beliau
telah melakukan berbagai perjalanan ke kota dan ke negeri pusat ilmu
pengetahuan, seperti kuffah, bashroh, makkah, madinah, yaman, syam, dan
jazirah, kemudian beliau wafat pada bulan robi’ul awwal pada tahun 241 H.
Imam Ahmad belajar fikih kepada Imam
As-Syafi’I semasa ia berada di Baghdad. Akhirnya, Imam ahmad menjadi seorang mujtahid
mustaqil. Jumlah gurunya melebihi 100 orang. Dia berusaha mengumpulkan
As-Sunnah dan menghafalnya, hingga ia terkenal sebagai Imam Al-Muhadditsun pada
zamannya. Ini juga verkat kemurahan gurunya, Husyaim bin Basyir bin Abu Khazim
Al-Bukhori Al-Ashl (104-183 H).
Imam Ahmad telah menerima banyak
cobaan dan ujian. Dia telah dipukul dan dikurung karena fitnah mengenai
pendapat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk pada zaman Al-Ma’mun, al-Mu’tashim,
Al-Watsiq.
II.
METODE FIKIH MADZHAB HANBALI
Dasar madzhab Imam Ahmad dalam
ijtihad hampir sama dengan prinsip Imam Syafi’I. ini karena ia di didik oleh
Imam Syafi’i. Dia meneriama Al-Qu’an, As-Sunnah,fatwa sahabat, ijma’, qiyas,
istishab, mashalih mursalah, dan dzarai’.
Imam Ahmad tidak mengarang fikih,
sehingga sahabatnya mengumpulkan pendapat madzhabnya berdasarkan perkataan,
perbuatan, jawaban-jawaban Imam Ahmad dan sebagainya.
III.
KARYA-KARYA IMAM AHMAD BIN HANBAL
1.
Kitab
Al-Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua
puluh tujuh ribu hadits.
2.
Kitab
at-Tafsir, namun Adz-Zahabi
mengatakan, “Kitab ini telah hilang”.
3.
Kitab
an-Nasikh wa al-Mansukh
4.
Kitab
at-Tarikh
5.
Kitab
Hadits Syu'bah
6.
Kitab
al-Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an
7.
Kitab
Jawabah al-Qur`an
8.
Kitab
al-Manasik al-Kabir
9.
Kitab
al-Manasik as-Saghir
IV.
WILAYAH-WILAYAH PERKEMBANGAN MADZHAB
Perkembangan Mazhab Hanbali meliputi daerah Arab Saudi, , Baghdad, Syam, Irak, Hijaz dan beberapa negara negeri di bagian Afrika.
Madzhab Zaidiyah
I.
SEJARAH MADZHAB ZAIDIYAH
Zaid bin Ali Zainal Abidin Ibnul
Husain, dia adalah Imam golongan syi’ah Zaidiyah yang dianggap sebagai madzhab
ke-5 selain madzhab yang ke-4.
Golongan Zaidiyah ialah mereka yang
menjadikan Imam Zaid (anak Ali Zainal Abidin) sebagai Imam dan pencetus Madzhab
ini. Imam Zaid telah menerima baia’ah di kuffah pada masa pemerintahanHisyam
bin Abdul Malik.
Imam Zaid mengutamakan Ali bin Abi
Thalib dari pada sahabat Rosululloh SAW yang lain. Dia berpendapat Imam yang
zalim tidak boleh dita’ati. Walaupun dia mengutamakan Sayyidina Ali, tetapi dia
juga menerima pelentikan Abu Bakar dan Umar, dan menolak kritikan terhadap
mereka yang dilakukan oleh pengikutnya yang telah membai’atnya. Sebab itulah,
pengikutnya pecah dan ada yang memisahkan diri.
II.
METODE FIKIH MADZHAB ZAIDIYAH
Dalam aqidah, mereka adalah golongan
syia’ah yang paling dekat dengan ahli sunnah. Dalam aqidah,mereka mengikuti
faham mu’tazilah. Dalam mengeluarkan hukum, mereka bersandar kepada Al-Qur’an,
hadits, ijtihad dengan menggunakan pikiran, qiyas, istihsan, masholih mursalah,
dan istishhab.
Golongan Zaidiyah dinisbahkan kepada
Zaid, karena dia adalah Imam mereka. Berbeda dengan golongan Hanafi dan Syafi’I
umpamanya, sekiranya pengikut madzhab Zaidiyah tidak menemukan hokum pada cabang
persoalan fikih dalam madzhab mereka, maka ,mereka akan berpegang kepada
pendapat Imam mereka.
III.
KARYA-KARYA MADZHAB ZAIDIYAH
Dalam menyebarluaskan dan mengembangkan Mazhab Zaidiyah, Imam
al-Hadi menulis beberapa kitab fiqh. di antaranya Kitab al-Jami’
fi al-Fiqh, ar-Risalah fi al-Qiyas, dan al-Ahkam fi al-Halal wa al-Haram.
Setelah itu terdapat imam Ahmad bin Yahya bin Murtada (w. 840 H.) yang menyusun
buku al-Bahr
az-Zakhkhar al-Jami’ li Mazahib ’Ulama’ al-Amsar.
Madzhab
Imamiyah
I.
SEJARAH MADZHAB IMAMAIYAH
Ia
merupakan kelompok syi’ah terbesar. Terkadang penyebutan nama syi’ah tapi yang
dimaksud adalah Imamiyah secara khusus. Basis sekte ini paling banyak di Iran
kemudian di Iraq. Madzhab fikih mereka lebih dekat kepada Madzhab syafi’I,
meski mereka berbeda dengan keempat Madzhab ahlus sunnah dalam beberapa
persoalan.
Pendiri
fikih kelompok Imamiyah di Iran adalah Abu Ja’far Muhammad bin Al-hasan
Ash-Shafar Al-A’roj Al-Kummi, wafat tahun 290 H.
II.
METODE FIKIH MADZHAB IMAMIYAH
Mereka seperti sekte Zaidiyah, dalam
fikih mereka tidak merujuk setelah Al-Qur’an melainkan kepada hadits-hadits
yang diriwayatkan oleh imam dan tokoh mereka. Mereka juga berpendapat bahwa
pintu ijtuhad selalu terbuka bagi orang yang mampu dan tidak akan tertutup
selamanya. Mereka menolak qiyas selagi mereka memiliki imam yang mempunyai ilmu
hokum syari’at melalui jalur wasiat.
Mereka juga berpendapat bahwa peristiwa
atau kejadian, meski sedikit bahayanya pasti Allah memiliki hokum tertentu,
baik dalam masalah ibadah atau muamalah. Hokum ini diketahui Rosululloh SAW.
Melalui wahyu dan ilham dari Allah. Sebagiannya di jelaskan oleh beliau sewaktu
hidupnya sesuai kebutuhan dan kebijaksanaan dalam menjelaskannya, selebihnya
dititipkan pemangku wasiatnya supaya masing-masing mereka menjelaskan pada
zamannya sesuai kebutuhan juga kebijaksanaan dalam menjelaskannya.
III.
KARYA-KARYA MADZHAB IMAMIYAH
Diantara
buku-buku madzhab Imamiyah adalah :
1.
Al-Halal
wa Al-haram
2.
Fiqh
Ar-Ridha
3.
Basyair
ad-darajat fi Ulum Alu Muhammad wa maa Khossahumulloh bihi
4.
Al-Kafii
fi ‘Ilmi Ad-diin.
IV.
WILAYAH-WILAYAH PERKEMBANGAN MADZHAB
Syiah Imamiyah sekarang banyak dianut oleh masyarakat Iran dan Irak. Mazhab
ini merupakan mazhab resmi pemerintah Republik Islam Iran sekarang
Madzhab
Ibadiyah
I.
SEJARAH MADZHAB IBADIYAH
Kelompok ini salah satu kelompok
dari kelompok Khawarij yang terkenal. Walaupun mereka merupakan sempalan dari
Khawarij, mereka menolak dikaitkan dengan Khawarij. Mereka mengatakan, “Kami
adalah Ibadhiyah, sama seperti Syafi’iyah,Malikiyah dan Hanafiyah. Kami
menanamkan diri demikian karena kami menolak paham Quroisyiyah, yaitu paham
yang mengharuskan kepemimpinan berasal dari keturunan suku Quroisy”.
Pendirinya ialah Abdulloh bin Ibadh
Al-Maqa’isi (meninggal 80 H).Kata Ibadhiyah dinisbatkan kepada Ibadh, sebuah
kampong yang terletak didekat yamamah.
Salah seorang tokohnya yang paling
menonjol ialah Jabir Bin Zaid (21-96 H). Dia dipandang sebagai pengumpul dan
penulis hadits. Ia menimba ilmu dari Abdulloh Bin Abbas, Aisyah, Anas bin
Malik, Abdulloh bin Umar dan sahabat-sahabat besar lainnya.
Abu Ubaidah Maslamah bin Abu
Karimah, salah seorang murid Jabir bin Zaid yang termasyhur merupakan marja’
kedua Ibadhiyah setelah Jabir bin Zaid. Ia terkenal dengan sebutan Al-Qaffa.
Pengikut Ibadhiyah menyerukan
penyucian (tanzih) Allah secara muthlaq. Sesuatu yang tercantum dalam Al-Qur’an
dan Al-hadits yang dipandang tasybih (bias), harus dita’wilkan (dimaknai)
dengan pengertian tertentu sehingga tidak member kesan tasybih (bias). Mereka
tetapkan Asma’ Allah dan Sifat-Nya seperti yang
telah Allah tetapkan untuk dirinya.sehubungan dengan kalimat Allah
bersemayam di Arsy, mereka berkeyakinan harus dita’wilkan dalam bentuk majazi.
“Tangan Allah” dita’wilkan dengan kekuatan dan nikmat.
II.
METODE FIKIH IBADHIYAH
Orang-orang Ibadhiyah
berpegang kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, ra’yu, terutama ijma’, qiyas dan
istidlal.
Pada umumnya mereka
terpengaruh madzhab Zhahiri yang dalam memahami teks (nash) agama dilakukan
secara tekstual dan ditafsirkan secara lahiriyah.
Selain itu mereka juga
terpengaruh mu’tazilah seperti pendapat mereka bahwa Al-Qur’an adalah makhluk.
III.
KARYA-KARYA MADZHAB IBADHIYAH
Diantara kitab-kitab
mereka dalam aqidah ialah “Masyariq Al-Anwar”, dalam ushul fikih kitab “Thal’atu
As-Syams”, dalam bidang fikih “Syarh An-Nayl wa Syifa’ Al-Lail”, kemudian
“Manhaj Ath-Tholibin”, “Al-Mushonnaf” dan masih banyak lagi.
IV.
WILAYAH-WILAYAH PERKEMBANGAN MADZHAB
Ibadhiyah pernah
bertahan di sebelah selatan jazirah Arabia sampai ke Makkah dan Madinah. Sedangkan di Afrika Utara
mereka pernah memiliki sebuah Negara yang disebut Negara Rustam dengan ibu kota
Tahart.
Mereka telah mendirikan
Negara merdeka di sebelah utara Afrika selama 130 tahun. Kekuasaannya berakhir setelah dihancurkan penguasa
Fathimiyah.
Di Amman pernah berdiri
pula sebuah Negara Ibadhiyah merdeka. Kemudian kaum Ibadhiyah disana di pimpin
imam-imam mereka sampai hari ini.
Jabal Nufusah, Libia
adalah salah satu kota Ibadhiyah yang paling bersejarah. Sebab kota ini pernah
dijadikan tempat pembuangan mereka. Dari sanalah mereka lalu menyebarkan
madzhab Ibadhiyah dan mengatur kelompoknya.
Orang-orang Ibadhiyah
kini tersebar di Amman, Hadhramaut, Yaman, Tunisia, Al-Jazair dan daerah-daerah
oasis Sahara Barat.
Madzhab Adz-Dzohiri
I.
SEJARAH MADZHAB DHOHIRI
Abu Sulaiman Daud bin Ali
Al-Asfahani Az-Zahiri, dilahirkan di Kuffah pada tahun 202 H dan meninggal di
Baghdad pada tahun 270 H. Dia adalah pencetus Madzhab Adz-Dzohiri.
Dia merupakan pimpinan golongan ahli
Dzohir. Dia meletakkan asas Madzhab ini, dan kemudian dikembangkan oleh Abu
Muhammad Ali bin sa’id bin Hazm Al-Andalusi (384-406 H).
Imam Daud adalah diantara huffadz
hadits (golongan yang sampai kepada martabat al-hafidz dalam hadits), ahli
fikih yang mujatahid dan mempunyai Madzhab yang tersendiri setelah ia mengikuti
Madzhab Syafi’I di Baghdad.
II.
METODE FIKIH MADZHAB DHOHIRI
Asas
Madzhab Dzohiri ialah beramal dengan dzohir al-Qur’an dan As-Sunnah selama
tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa yang dikehendaki darinya ialah bukan
makna yang dzohir. Jika tidak ada nash, maka berpindah kepada ijma’ dengan
syarat hendaklah ia merupakan ijma’ seluruh ulama’. Mereka juga menerima ijma’
sahabat jika tidak di dapati nash atau ijma’, mereka menggunakan istishhab
yaitu Al-Ibahah Al-Hasiliyah (kemubahan yang natural atau asal.)
Qiyas,
ra’yu dan istihsan, dzaroi’ dan mencari ‘illat nash-nash hukum dengan
menggunakan ijtihad adalah ditolak. Cara-cara itu tidak dianggap dalil dalam
hokum, sebagaimana mereka juga menolak taqlid.
III.
KARYA-KARYA MADZHAB DHOHIRI
Untuk
membangun mazhabnya, Daud az-Zahiri menulis beberapa karya, antara lain:
1.
Kitab
al-hujjah, adalah bukut tentang argumentasi.
2.
kitab
al-Khabar al-Mujib li al-Ilmi, yakni kajian tentang informasi keilmua.
3.
kitab
al-Khusus wa al-Umum, buku tentang penjelasan lafal umum dan khusus.
4.
kitab
al-Mufassar wa al-Mujmal, mengenai lafal yang jelas dan tidak jelas
pengertiannya.
5.
kitab
al-Ifta al-Qiyas, yakni masalah penolakan atas qias.
6.
Ifta
al-Taqlid, buku yang berisi mengenai larangan bertaklid.
7.
Khabar
al-Wahid, buku tentang hadis Ahad
IV.
WILAYAH-WILAYAH PERKEMBANGAN MADZHAB
Madzhab
ini telah tersebar luas di Andalus pada abad ke-5 H, ia mulai merosot dan
akhirnya pupus pada kurun ke-8 H.
Saat ini,
mazhab ini masih diikuti oleh komunitas-komunitas kecil di Maroko dan Pakistan.
PENUTUPAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh atas karunianya sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas penulisan maqalah ini.Tulisan sederhana ini berupaya
mengungkap tentang sejarah madzahib, siapa pendirinya, dasar-dasar isthinbath
mereka, karya-karya mereka serta wilayah penyebaran masing-masing madzhab.Setelah
kami paparkan diatas kami dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
Dari segi landasan istinbath:
-
Abu Hanifah merupakan ahlu ra’yi, maka dalil yang madzhab tersebut
unggulkan adalah istihsan.
-
Imam Malik menerima amal ahli Madinah karenaImam Malik belajar
serta tumbuh besar disana sehingga beliau tahu pasti perbuatan Ahlu Madinah.
-
Madzhab Syafi’iyah mengunggulkan qiyas dan menolak istihsan dalam
mengambil istinbath hukum. Beliau mengatakan, “Barangsipa yang melakukan
istihsan maka ia telah menciptakan syariat”.
-
Madzhab Hanbali
Imam Ahmad menerima hadits mursal
dan hadits dhoif karena beliau berpendapat bahwa bagaimanapun mengambil hadits
lebih baik daripada mengambil pendapat manusia.
-
Madzhab ini menafsirkan nash secara zhahir, serta menolak qiyas
sebagai ijtihad. Menurut Imam Zhahiri, Syari’at Islam tidak boleh diintervensi
oleh akal.
-
Madzhab Syi’ah senantiasa berkiblat pada imam mereka jika tak
menemukan jawaban dari persoalan dalam Al-Qur’an dan hadits yang dianggap
shahih menurut mereka.
-
Madzhab Ibadhiyah menerima hadits ahad dan khobar mursal, serta
menggunakan qiyas sebagai ijtihad.
Perkembangannya
Diantara sekian madzhab, Syafi’I
adalah yang paling luas kawasan penyebarannya.
Adapun madzhab Zhahiri, hanya bisa bertahan selama lima abad,
karena madzhab ini pupus pada abad ke-8 hijriyah. Sedang syi’ah, semakin banyak
penyelewengan-penyelewengan yang muncul seiring berjalannya zaman.
Akhirnya, kami memohon pada Alloh agar dimudahkan jalan dalam
memahami fiqh Islam. Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan
sumbangan yang berharga lagi bermanfaat untuk mahasantri Hidayaturrahman
khususnya serta umat Islam seluruhnya. Wama taufiqy illa billah, ‘alaihi
tawakkaltu wailaihi unib… Wallohu muwaffiq
D. DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qothon, Mana’ Kholil.Tasyri’
wal Fiqh fil Islam.Muassasah Ar-Risalah
Az-Zuhaili, Prof Dr.
Wahbah.2013.Fiqih Islam wa Adillatuhu.Jakarta : Gema Insani
Farid, Ahmad.2008.Min
A’lam As-salaf (diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Asmu’I Taman).Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar
Tim Ulin Nuha Ma’had Aly
An-Nuur.2011.Dirasatul Firaq.Solo:
Arafah
Musa, Dr.Muhamad Yusuf.2014.Pengantar
Study Fiqih Islam,Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Majalah Islam Hujjah,edisi
09. Solo: Ma’had Aly Annur
Komentar