bukan dalam suhu yang membuatku dirundung rasa ingin segera melangkah menuju hidup baru bersama pendamping baru memang. namun bagiku, mengetahui sedikit fase tentangnya sangatlah perlu. untuk itu mari kita simak sepenggal aksara yang ditulis oleh @kurniawangunadi
Ini adalah tulisan kedua saya setelah resmi menikah dengan @ajinurafifah pada Jumat (23/9) kemarin. Setelah beberapa hari menikah, saya mendapatkan pengertian yang begitu banyak. Ada pemaknaan yang menjadi utuh setelah beberapa saat yang lalu masih belum saya mengerti sepenuhnya. Ada pembelajaran baru yang ternyata berbeda dengan ekspektasi saya sebelumnya.
Baik masih sendiri atau sudah menikah, ternyata kuncinya sama. Sabar dan syukur. Saya seringkali mendengar celetukan teman saya yang sudah menikah ketika masih lajang beberapa waktu yang lalu,”Lebih enak masih single, bebas kemana-mana.”
Dan ketika teman-teman yang masih sendiri, berkeinginan menggebu ingin menikah karena melihat postingan instagram foto mesra orang-orang yang menikah,”Enak ya yang udah menikah, jadi pengen.”
Rasanya, terlalu gegabah bila kita melihat setiap fase dengan sudut-sudut pandang yang tidak lengkap. Memandangnya dengan keinginan yang terlalu dini. Akhirnya saya mengerti, baik menikah atau masih sendiri. Tetap sama saja perjuangannya, hanya ranah/zonanya yang berbeda. Perjuangannya tetap tidak mudah, sabarnya tetap tidak boleh surut, syukurnya tetap harus meluap.
Pada akhirnya, saya paham bahwa ketika sudah menikah seperti sekarang. Ada perasaan untuk ikut serta menjaga semangat dan niat teman-teman yang masih berjuangan di fase sebelum pernikahan, menjaga perjuangannya dengan tidak memosting foto-foto pasca pernikahan kami secara vulgar di media sosial, foto kemesraan yang berlebihan dan sebagainya.
Syukur yang luar biasa karena saya telah melewati fase perjuangan ketika masih sendiri tersebut. Pernah merasakan betapa tidak nyamannya melihat foto-foto mesra pasangan baru di media sosial, saya tidak ingin berkontribusi dalam merusak niat teman-teman yang masih berjuangan dan menjaga diri.
Pada dasarnya, setiap fase memiliki tantangan. Jangan membangun ekspektasi, jangan membangun niat yang keliru. Setiap fase memiliki pahalanya masing-masing, setiap fase memiliki pelajarannya masing-masing.
Sabar dan syukur di setiap fase, semoga dengan demikian Allah menjaga niat-niat kita tetap lurus.
Malang, 26 September 2016
Kurniawan Gunadi
Komentar